Mempelajari sejarah dan perkembangannya, yaitu membahas seputar masa lalu dan memperhatikan kejadian-kejadiannya, merupakan perkara yang penting.
Dr. Sulthan Al-Ashqah mengatakan, itu semua bertujuan untuk menjadikan masa depan lebih baik, sehingga pandangan dan paradigma kita terhadapnya memiliki wawasan.
Dia menambahkan, dengan memahami sejarah, akan memberikan kesadaran dan pengetahuan terhadap apa yang ingin kita putuskan dan terhindar dari berita-berita bohong dan berbagai kekeliruan.
Ibnu Khaldun menulis dalam Muqaddimah-nya yang terkenal, bahwa “masa lalu akan menjadi masa depan.”
Seorang sejarawan Ibn Atsir mengatakan dalam muqadimah buku sejarahnya “Al Kamal Fi At-taarikh,” bahwa “Tidak akan terjadi suatu hal terkecuali ada yang mengawalinya atau membuatnya.”
Dan seorang Penyair Thorfa Ibn A’d dalam penggalan baitnya, mengatakan “Tidak akan menjadi Pagi kecuali telah datang Malam.”
Dan hari ini merupakan hasil atau sebab dari apa yang telah terjadi masa lalu, yang dirasakan dimasa hidup sekarang ini.
Dan apa yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, akan kita saksikan akibatnya tidak lama lagi, seakan-akan memastikan apa yang terjadi sebelumnya. Sejarah akan berulang-ulang dengan sendirinya.
Dari hal ini kita akan temukan banyak sekali sejarawan terkemuka, mereka menganalisa dan mengambil pelajaran dari membaca serta mempelajari suatu sejarah.
Kenapa?
Karena kita butuh kebenaran dari kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi, memanfaatkannya untuk Mengambil pelajaran dari keberhasilan-keberhasilan orang terdahulu.
Maka dari itu Al A’llamah Ad Dzahabi memberi nama bukusejarahnya “Al I’br Fi Khabar Man Ghabar,” kemudian juga Ibnu Khaldun memberi nama buku sejarahnya “Kitab Al I’br”
Afif Al Yafi’ie memberi nama buku sejarahnya “Mir’atul Jinan wa I’bratul Yaqidhan Fi Ma’rifati Ma Yu’tabaru Bihi Min Hawaditsi Zaman”
Maka tidaklah aneh jika kemudian seorang penyair terkemuka, Ahmad Syauqi dalam bait sajaknya yang terkenal, mengungkapkan “Bacalah sejarah didalamnya pelajaran maka kalian akan mengetahui apa yang disampaikan”
Membaca sejarah dan mempelajarinya, seperti dokter yang mencegah dari berbagai penyakit terhadap aspek-akibat yang akan terjadi.
Dengan itu bisa menyelamatkan manusia, sebagai peringatan agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
ASAL USUL TURKI UTSMANI
Pembahasan pertama kita adalah “Daulah Utsmani” dan orang-orang Turki Daulah Utsmaniyyah. Kita bisa mulai dari asal-usul orang Turki Utsmani dan perjalanan hidup mereka. Seperti pembahasan tentang kebangsaan mereka, darimana mereka berasal dan etnis apa Turki Utsmani.
Disini ada hal penting yang perlu diingatkan!
Kita dilarang menjatuhkan suatu etnis atau bangsa manapun, kecuali mengungkap fakta dalam penelitian ilmiah. Kita harus menganalisa sesuai dengan kebenaran dari setiap kejadian, itu merupakan hal yang terpenting, tanpa menyakiti, dan tetap menghormati etnis dan bangsa manapun. Bukan suatu pembahasan ilmiah jika dimaksudkan untuk menyakiti dan merendahkan kondisi suatu kaum, sementara macamnya banyak dan berbeda-beda.
Ketika kita berbicara tentang bangsa Turki (Utsmani), kita membicarakan seputar sejarah mereka, atau apapun yang kita dapati tentang mereka di masa lalu, baik itu rakyat atau penguasanya. Dengan tetap tidak bermaksud membicarakan keburukan kondisi atau keburukan asal-usul mereka. Ini merupakan pembahasan dan analisa ilmiyah.
Apakah Asal-usul bangsa Turki Utsmani? Apa kebangsaan asli mereka yang mereka berasal darinya?
Beberapa sejarawan bermaksud memuji bangsa Turki Utsmani serta perjalanan sejarah mereka, dengan mengatakan bahwa mereka berasal dari Arab. Padahal ini berlebihan. Jika ditimbang menurut sejarah dan analisa ilmiyah, akan diketahui kesalahan pendapat tersebut.
Sebagai contoh, sejarawan Mesir Al Maqrizy, wafat pada tahun 1445 Masehi dalam bukunya “Durrah Wal Uqul Al faridhah Fi Tarajim Al A’yan Al Mufidah.” Dia menganggap asal-usul Utsmani, berasal dari kota Hijaz, nenek moyang mereka datang dari Madinah Nabawiyyah ke kota Kirman, lalu pergi ke Nuqiya. Nuqiya ini letaknya di Negara Turki, hari ini.
Lalu dikatakan oleh Al-Maqrizi, juga diungkapkan oleh Syamsuddin As Syarkhowi, dalam bukunya “Ad Dhou’ Al Laami’ Li Ahl Qarni At Taasi’.”
Dan juga dikatakan oleh Jahram Bin fahd dalam bukunya “Jawaarikh Hisan.” Ini juga dikatakan oleh Mar’i Al kalimi Al Hambali dalam bukunya “Qalaid Ukyan Fi Fadhail Al Utsman.” Semua perkataan tersebut terekam dalam literatur, tetapi bukan hasil dari pembahasan ilmiyah.
Para ahli sejarah telah menetapkan asal-usul bangsa Turki 3 abad sebelumnya, bahkan sebelum lahirnya sejarawan di atas tadi.
Seperti Mu’ad Bin hamad dalam bukunya “Kitab Al I’lam Bi A’lam Baitillahi Al Haram,” atau sejarawan Al-Muhibbi dalam bukunya “Khulashotul Atsar Fi A’yanil Qarni Al Hadi Al A’syr.” Al Muhibbi mengatakan dalam buku sejarahnya, “sudah diputuskan asal-usul rumah mereka (Utsmani), bahwa mereka dari Turkuman yang pergi dan mengungsi dari wilayah suku Tatar.”
Sejarawan At Thulis Mahmud Maqdis menyebutkan dalam buku sejarahnya “Nazhatun Nadzar Fi A’jaib At Tawaarikh Wal Akhbar”, bahwa asal bangsa Utsmani dari Suku Tatar (Tatar Mughal).
Seorang ahli pengetahuan biografi, Armstrong, dalam “Catatan Perang Inggris,” memastikan bahwa bangsa Turki Utsmani dari etnis Mughal. Dia menjelaskabahwa asal dan tempat tinggal mereka datang dari wilayah Asia Tengah .
Armstrong dipercayai dalam bukunya “Ad Di’bul Aghbar” mengungkapkan, bahwa pada abad ke 13 Masehi, dunia mengalami kekeringan dan tandus di sebagian besar wilayahnya, disebabkan tidak pernah turun hujan atau hal lainnya. Kondisi ini menyebabkan kekeringan di banyak daerah yang dari Tembok Cina hingga wilayah Asia tengah. Banyak suku terpaksa harus mengungsi dan mencari tempat tinggal baru. Dan bangsa Turki Utsmani merupakan salah satu dari mereka. Pemimpin mereka ketika itu adalah Kanshari Masyah, yang dijadikan sebagai maskot di bendera dengan bentuk Di’bul Aghbar. Lalu Amstrong juga menambahkan, bahwa mereka adalah Jababirah, Kusaat. Cara hidupnya sebagaimna fitrahnya orang-orang suku Jababir. Mereka memiliki paras wajah seperti orang-orang Mughal yang datar, dengan ukuran mata yang sedang atau datar. Yang menjadikan mereka mirip “serigala hutan” yang melintas di padang rumput luas.
Syaqib Arselan, seorang penganggum dan pembela besar Utsmani, menyatakan dalam bukunya “Haadhir Al A’lam Al Isamiy,“ bahwa orang-orang Utsmani mengakui bahwasanya mereka dari etnis Mughal. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam juz pertama “Fi ta’liiqat Al Haur Al Islamiy”. Syaqib juga mengungkap bahwa “bangsa Turki menganggap bahwa mereka merupakan kaum tertua, yang mana mereka dan Suku Mughal adalah dari asal-usul yang sama”. Syaqib menambahkan bahwa orang-orang Turki bernyanyi-nyanyi dan memuji Gengish Khan, mengagumi Mughal, tanpa mengingkari kesalahan dan penyimpangan orang-orang Mughal. Bahkan mereka membuat nasyid untuk anak-anak kecil menjelaskan tentang sosok Gengish khan. Sehingga menjadikan mereka mengagumi Mughal, agar mereka mencintai pemimpin mereka.
Demikian pula pendapat cendekiawan Muhammad Kard Ali, seorang sastrawan besar dari Suriah, wafat pada tahun 1350 Masehi. Ketika ada seseorang yang menasabkan silsilah orang Turki kepada selain nasabnya yang sesungguhnya. maka Kard Ali membatahnya. Dalam bukunya “Al Mudzakkirat” juz pertama, dia mengatakan “orang-orang Turki merupakan bagian dari Tatar, asal-Usulnya sudah pasti, diketahui secara yakin tanpa diperselisihkan.”
Seorang Professor Utsmani, Dr. Abdul Aziz As Syinawi, menyebutkan pada bukunya “Ad Daulah Al Utsmaniyyah Daulatun islamiyyatun Muftara A’laiha” pada juz pertama, bahwabangsa Turki Utsmani memasuki Asia Kecil (Turki saat ini), memasuki sebuah perkampungan sebagai suku badui, mengungsi dari Asia tengah. Lalu As-Syinawi mengembalikan asal-usul orang-orang turki dan tempat asal mereka dari wilayah Mughal dan Tatar. Perlu dicatat, bahwa As-Syinawi adalah seorang simpatisan dan pendukukung Utsmani .
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa asal-usul bangsa Turki adalah suku Mughal yang
merupakan pendatang dari Asi Tengah. Asia Tengah adalah tempat dan kebangsaan suku Mughal, mereka datang dari
wilayah tersebut dan menetap di negara yang sekarang disebut Turki. Mereka menetap seperti suku badui yang mengungsi, sebagai tentara bayaran. Bahwa mereka penyembah berhala seperti Urtughal dan Utsman yang kemudian
mereka menjadikannya nama (Utsmani), kemudian mereka memeluk islam setelah
itu.
https://saudinesia.id/review/menyoal-keturunan-turki-utsmani-dari-tatar-mughal
Bersambung insya Allah di halaqah 2 ...