} -->

TURKI UTSMANI - SEJARAH, AQIDAH, HAKIKAT

Darimana asal-usul bangsa Turki Utsmani? Beberapa sejarawan bermaksud memuji bangsa Turki Utsmani serta perjalanan sejarah mereka, dengan mengatakan bahwa mereka berasal dari Arab. Padahal ini berlebihan…


ASAL USUL TURKI UTSMANI

Mu’ad Bin hamad dalam bukunya “Kitab Al I’lam Bi A’lam Baitillahi Al Haram,” dan sejarawan Al- Muhibbi dalam bukunya “Khulashotul Atsar Fi A’yanil Qarni Al Hadi Al A’syr”, mengatakan dalam buku sejarahnya yang berisi “sudah diputuskan asal-usul rumah mereka (Utsmani), bahwa mereka dari Turkuman yang pergi dan mengungsi dari wilayah suku Tatar.”

Sejarawan At Thulis Mahmud Maqdis menyebutkan dalam buku sejarahnya “Nazhatun Nadzar Fi A’jaib At Tawaarikh Wal Akhbar”, bahwa asal bangsa Utsmani dari Suku Tatar (Tatar Mughal).

Syaqib Arselan, seorang penganggum dan pembela besar Utsmani, menyatakan dalam bukunya “Haadhir Al A’lam Al Isamiy,“ bahwa orang-orang Utsmani mengakui bahwasanya mereka dari etnis Mughal. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam juz pertama “Fi ta’liiqat Al Haur Al Islamiy”.

Muhammad Kard Ali, seorang sastrawan besar dari Suriah dalam bukunya “Al Mudzakkirat” juz pertama, dia mengatakan “orang-orang Turki merupakan bagian dari Tatar, asal-Usulnya sudah pasti, diketahui secara yakin tanpa diperselisihkan.”

Kesimpulan: Asal-usul bangsa Turki adalah suku Tatar Mughal yang merupakan pendatang dari Asia Tengah.


DAULAH UTSMANIYAH

Daulah Utsmani sering disebut dalam bahasa Turki modern sebagai Osmanlı İmparatorluğu (Kekaisaran Utsmaniyah) atau Osmanlı Devleti (Negara Utsmaniyah adalah kekaisaran lintas benua yang didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan Osman Bey di barat laut Anatolia pada tahun 1299.

Pasca pembubaran Kesultanan Rum yang dipimpin dinasti Seljuq Turki, pendahulu Utsmaniyah, pada tahun 1300-an, Anatolia terpecah menjadi beberapa negara merdeka yang disebut emirat Ghazi. Salah satu emirat Ghazi dipimpin oleh Osman I (1258 – 1326) dan namanya menjadi asal usul nama Utsmaniyah. Osman I memperluas batas permukiman Turki sampai pinggiran Kekaisaran Bizantium.


AQIDAH TURKI UTSMANI

Aqidah para sultan Daulah Utsmaniyah sejak awal berdirinya adalah aqidah sufiyah, khurafiyah, syirkiyah. Turki Utsmani dari awal berdirinya, sampai pada runtuhnya, bahkan sampai Turki sekarang, menganut faham “tasawwuf al-ghaly.” 

Sejarawan Turki, Yalmaz Oztona, dalam bukunya “Tarikh Ad Daulah Al Utsmaniyyah,” menyatakan bahwa tasawuf merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang-orang Utsmani.

Sejarawan Turki, Muhammad Fuad Karbelli, dalam bukunya “Qiyam Daulah Utsmaniyyah” mengingatkan perkara ini, dengan mengatakan:

“Islam mereka ini, yakni Turki Utsmani di masa awal, bukan Sunni, tetapi terpengaruh oleh penyembah berhala yang terdahulu, kemudian membungkusnya dengan ajaran Sufi.”

Sejarawan Mesir, Muhammad Farid Beik, dalam bukunya “Daulah Aliyyah Utsmaniyyah” mengatakan bahwa sultan kedua, Orkham Bin Utsman, membentuk pasukan dari anak-anak Nasrani yang diambil dari keluarga-keluarga mereka, kemudian diberi nama “Yanisari,” menghadap kepada seorang syaikh sufi terkemuka, Haj Baktasy.

Sekte Bakhtasyi ini merupakan perpaduan dari Syi’ah Imam 12 dan sebagiannya lagi campuran dari khurafat Sufi.


HAKIKAT TURKI UTSMANI

Hakikat Daulah ‘Utsmaniyyah (Turki Utsmani) yang sering dipuja dan dipuji oleh banyak kalangan yang mengaku dirinya sebagai aktifis Islam, dan mereka menyebutnya sebagai benteng terakhir dari benteng-benteng Islam yang dengan kehancuran daulah tersebut maka hancurlah kejayaan Islam.

Sesungguhnya orang yang mengamati keadaan Daulah ‘Utsmaniyyah -sejak ia berdiri sampai keruntuhannya-, maka tidak akan ragu bahwa daulah ini telah berandil besar dalam merusak ‘aqidah kaum muslimin, dan hal itu sangat nyata dari dua sisi:

1. Andilnya dalam menyebarkan kemusyrikan.

2. Peranannya dalam memerangi dakwah tauhid.


GELAR KHILAFAH MANIPULATIF

Situasi mengenai gelar khalifah ini telah dipertimbangkan secara serius selain diberi dimensi resmi setelah konstitusi ottoman pertama yang disetujui dan ditandatangani secara resmi oleh Sultan Abdul-Hamid II pada awal masa kekuasaannya.

Dia menekankan bahwa gelar khalifah sangat penting dan sakral. Pasal No.4 dalam konstitusi tertulis pertama kali dalam sejarah Kekaisaran Ottoman menetapkan bahwa:

"Sultan adalah satu-satunya yang berhak diberi gelar khalifah dan dia adalah pelindung Islam dan raja dari semua subjek ottoman yang mereka anggap sebagai raja mereka".

Pasal No.5 melanjutkan bahwa:

"Sultan yang sama adalah suci dan dia tidak dapat ditanyai untuk apa pun yang dia lakukan atau katakan".


Syfa Al-Katiri
www.saudinesia.id



  رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَـٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌ

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

TRENDING