} h3.post-title { text-align: center; } .post-title {text-align:center;} -->

Hukum Terkait Kuburan

Dijawab oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Note: sudah ditranslate ke Bahasa Indonesia

Pertanyaan: Dalam pandangan Islam, apakah hukum membuat struktur bangunan seperti kubah di atas kubur?

Jawaban Mufti Perlis Dato DR. MAZA:

1. Sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan, penting bagi kita untuk menyadari bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi S.A.W. mengajarkan agar kita melihat kuburan sebagai tempat yang mengingatkan kita akan kematian dan hari akhirat, bukan untuk kebanggaan atau kesombongan. Kuburan juga tidak boleh digunakan sebagai tempat untuk praktik-praktik kesyirikan atau khurafat. Oleh karena itu, banyak hadis yang mengandung makna-makna tersebut telah disampaikan oleh Nabi S.A.W.

Antara hadis berkaitan, daripada Jabir r.a :

نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ، وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ، وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ

 “Rasulullah s.a.w melarang tajsis (mengaplikasikan kapur atau bahan serupa pada kubur) kubur, duduk atasnya dan membuat binaan (membangun struktur atau bangunan di atas kubur) atasnya” . Riwayat Muslim. Dalam riwayat ditambah “

أَوْ يُكْتَبَ عَلَيْهِ

(melarang) menulis sesuatu di atas kubur.”

2. Istilah "tajsis" biasanya merujuk kepada tindakan memberi lapisan kapur atau gipsum pada sesuatu, yang seringkali dilakukan untuk menghias atau mempercantik kubur. Tindakan ini dilarang dalam hadis ini. Selain itu, dilarang pula duduk di atas kubur dan membuat bangunan di atasnya.

Al-Imam al-Nawawi (meninggal 676H) ketika mensyarahkan hadis ini dalam Sahih Muslim menyebut:

قَالَ أَصْحَابُنَا تَجْصِيصُ الْقَبْرِ مَكْرُوهٌ وَالْقُعُودُ عَلَيْهِ حَرَامٌ وَكَذَا الِاسْتِنَادُ إِلَيْهِ وَالِاتِّكَاءُ عَلَيْهِ وَأَمَّا الْبِنَاءُ عَلَيْهِ فَإِنْ كَانَ فِي مِلْكِ الْبَانِي فَمَكْرُوهٌ وَإِنْ كَانَ فِي مَقْبَرَةٍ مُسَبَّلَةٍ فَحَرَامٌ نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ قَالَ الشَّافِعِيُّ فِي الْأُمِّ وَرَأَيْتُ الْأَئِمَّةَ بِمَكَّةَ يَأْمُرُونَ بِهَدْمِ مَا يُبْنَى

"Para tokoh dari Mazhab kami (Mazhab al-Syafii) menyatakan bahwa tajsis (memplaster) kubur adalah makruh, duduk di atas kubur adalah haram. Demikian juga, haram bersandar pada kubur atau menyandar di atasnya. Mengenai pembangunan di atas kubur, jika tanah kubur berada dalam kepemilikan pembangun, maka itu adalah makruh. Jika tanah kubur berada di pemakaman umum, maka itu adalah haram. Hal ini telah dijelaskan oleh al-Imam Syafii dan para ulama Mazhab Syafii. Al-Imam Syafii dalam kitabnya "al-Umm" mengatakan: 'Aku melihat para imam di Mekah memerintahkan agar apa yang dibangun di atas kubur dihancurkan.'" (al-Nawawi, Syarah Sahih Muslim).

3. Dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, al-Nawawi menyebut:

قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ يُكْرَهُ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُكْتَبَ عَلَيْهِ اسْمُ صَاحِبِهِ أَوْ غَيْرُ ذَلِكَ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ وَهَذَا لَا خِلَافَ فِيهِ عِنْدَنَا وَبِهِ قَالَ مَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَدَاوُد وَجَمَاهِيرُ الْعُلَمَاءِ

Al-Imam al-Syafii dan para tokoh dari Mazhab al-Syafii mengatakan, "Makruh memplaster, menulis nama orang yang meninggal atau hal lain di atas kubur, atau membuat bangunan di atasnya. Masalah ini tidak ada perbedaan pendapat di antara kami dalam Mazhab al-Syafii. Ini juga adalah pendapat dari al-Imam Malik, al-Imam Ahmad, al-Imam Daud al-Zahiri, dan sebagian besar ulama." (Sumber: Beirut: Dar al-Fikr, 5/298).

4. Maka pendapat yang dipegang teguh dalam Mazhab al-Syafii, sebagaimana yang disebutkan oleh Dr. Muhammad al-Zuhaili dalam karyanya al-Mu'tamad fi al-Fiqh al-Syafi'i adalah: "Dianjurkan untuk meninggikan kubur sekitar sejengkal agar dapat dikenali, dihormati, dan didoakan. Juga agar tidak digali oleh orang lain yang ingin menguburkan seseorang." Beliau juga menyatakan: "Makruh memplaster kubur, membuat bangunan di atasnya, dan menulis nama orang yang meninggal atau hal lainnya." (Sumber: 1/640. Damsyik: Dar al-Qalam).

5. Dalam Zad al-Mustaqni’ kitab Mazhab al-Hanbali disebutkan:

ويُرفَع القبْرُ عن الأرضِ قَدْرَ شِبْرٍ مُسَنَّمًا ويُكْرَهُ تَجْصِيصُه والبِناءُ عليه والكِتابَةُ والجُلوسُ والوَطْءِ عليه والاتِّكاءُ إليه

"Ditinggikan kubur dengan ketinggian setengah kaki dan dibentuk menjadi gundukan. Dilarang menempatkan tanda, bangunan, tulisan, duduk, menginjak, dan bersandar di atasnya."

Kutipan dari Mansur al-Saq'ub yang mengomentari Zad al-Mustaqni' adalah sebagai berikut:

"Binaan atas kubur; yaitu menempatkan struktur di atasnya. Baik itu struktur yang menyentuh tanah seperti bilik, atau struktur yang tidak menyentuh tanah seperti kubah. Baik itu struktur pribadi atau struktur umum, maka itu dianggap makruh." (Dr. Mansur Muhammad 'Abdullah al-Saq'ub, al-Ta'liq al-Muqni 'ala Zad al-Mustaqni', 1/607. Saudi: Dar al-'Aqid).

Kesimpulannya, dalam Mazhab al-Syafii, pembangunan apa pun di atas kubur setidaknya dianggap sebagai makruh, dan Mazhab ini mengharamkannya jika dilakukan di pemakaman umum. Demikian pula, menulis nama di atas kubur juga dianggap sebagai tindakan yang makruh dalam pandangan ini.


https://muftiperlis.gov.my/index.php/minda-mufti/659-hukum-binaan-atas-kubur


About

  رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَـٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌ

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

TRENDING