} -->

MENGENAL KITAB SUNAN ABI DAWUD: KHAZANAH HADIS YANG TERLUPAKAN TAPI PENUH BERKAH

Oleh : Dr. Kamilin Jamilin - AJK Fatwa Kerajaan Negeri Perlis, Degree Hadith Universiti Islam Madinah - Arsip 2018


Kitab Sunan Abi Dawud adalah salah satu dari enam kitab hadis utama (Kutubus Sittah) yang menjadi rujukan umat Islam seluruh dunia. Meski sering disebut, tidak banyak yang tahu betapa istimewanya kitab ini—baik dari sisi penulis, metode penyusunan, maupun konten hadis-hadisnya.

Imam Abu Dawud bukan sekadar perawi hadis. Beliau adalah seorang mujtahid, ahli fikih, dan pengembara ilmu yang diakui kehebatannya oleh ulama sekaliber Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Bukhari. Dalam kitab Sunan-nya, beliau menghimpun ribuan hadis pilihan dengan fokus pada hukum-hukum Islam, disertai penjelasan kritis terhadap hadis-hadis yang lemah.

Yuk, kita bahas satu per satu dengan gaya yang santai namun mendalam. Semoga setelah mendengar kuliah ini, kita tidak hanya lebih mencintai hadis Nabi, tetapi juga semakin menghargai jerih payah para ulama dalam menjaga kemurnian agama.

Berikut rangkumannya:

KISAH-KISAH ULAMA HADITS YANG MENGGUGAH JIWA

Menyelami Semangat, Pengorbanan, dan Keikhlasan Para Penjaga Warisan Nabi yang Seolah Bukan dari Bumi Ini

Oleh : Dr. Kamilin Jamilin - AJK Fatwa Kerajaan Negeri Perlis, Degree Hadith Universiti Islam Madinah - Arsip 2018 Bedah Buku "Ulama Hadis, Makhluk Asing dari Bumi"


Pernahkah kita merasa lelah dalam menuntut ilmu? Bosan dengan buku-buku yang tebal, malas menghadiri majelis, atau mudah mengeluh saat ujian terasa sulit? Jika iya, maka kita perlu mengenal "makhluk-makhluk asing" ini. Mereka adalah para ulama hadits, manusia-manusia pilihan dengan semangat, ketekunan, dan pengorbanan yang begitu dahsyat, hingga seolah mereka tidak berasal dari planet yang sama dengan kita. 

Melalui kuliah ini, kita akan diajak berjalan-jalan dalam waktu, menyaksikan langsung bagaimana Abu Hatim berjalan kaki ribuan kilometer, bagaimana seorang guru rela membatalkan janji dengan Khalifah untuk muridnya, dan bagaimana semangat itu masih hidup pada seorang pemuda tunanetra di zaman kita. Bersiaplah untuk terinspirasi, terharu, dan kembali jatuh cinta pada indahnya tholabul 'ilmi.

Berikut rangkumannya:

MUSIK DAN ALAT MUSIK DALAM PERBAHASAN ULAMA HADIS

Dahulu suara musik dihasilkan dari alat musik (gitar, biola, rebana, kendang, kecapi dan sejenisnya), namun di zaman sekarang musik tidak harus dihasilkan dari alat-alat konvensional tersebut; komposer musik bisa hanya dari smartphone, komputer, musik konkret (musik dari komposisi suara alat-alat sehari-hari, seperti gelas, sendok, botol, dan benda-benda sejenis), beatbox (musik dari komposisi suara mulut, bibir, lidah, suara, dan pernapasan) hingga komposer musik dengan tekhnologi AI (kecerdasan buatan). 

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

MEMAHAMI BAHAYA MEMATIKAN DALAM ILMU JARH WA TA'DIL

Panelis: Dr. Ahmad Kamilin Jamilin - Degree Hadith Universiti Islam Madinah, AJK Fatwa Negeri Perlis - Arsip 2016 Seminar Home of Hadith


Ibnu Daqiq Al-'Id menggambarkan lidah para ahli hadis dan hakim bagai berdiri di tepi jurang neraka. Sedikit tergelincir, jatuhlah mereka. Ilmu Jarh wa Ta'dil, yang bertugas menyaring keabsahan sabda Nabi ﷺ, adalah ilmu yang paling berbahaya. Ia mempertaruhkan nasib di akhirat. 

Ini adalah peringatan keras untuk kita lebih berhati-hati.

Berikut rangkumannya:

SABAB AL-WURUD, KUNCI MEMAHAMI HADIS NABI SECARA KONTEKSTUAL

Kuliah Ilmu Hadis Untuk Masyarakat Umum

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Negeri Perlis



📘 PENGANTAR

Dalam khazanah keislaman, prinsip “memahami teks sesuai dengan konteksnya” bukanlah hal baru. Kita telah lama mengenal ‘Ilmu Asbabun Nuzul’—sebab-sebab turunnya wahyu—sebagai piranti esensial untuk menafsirkan Al-Qur’an secara tepat. Namun, seringkali kita lupa bahwa sabda dan tindakan Nabi Muhammad SAW juga tidak lahir dari ruang hampa. Setiap hadis memiliki latar, situasi, dan tujuan tertentu yang melatarbelakanginya. Tanpa memahami hal ini, kita berisiko terjebak pada pemahaman yang kaku, parsial, bahkan kontra-produktif terhadap pesan universal Islam.

ILMU HADIS UNTUK ORANG AWAM: MEMBONGKAR KEBENARAN DI BALIK RIWAYAT

Seminar Imu Hadis Untuk Masyarakat Umum

Oleh : Prof. Dr. Rozaimi Ramle - Ph.D Hadis University of Jordan, AJK Fatwa Kerajaan Negeri Perlis, Rektor Universiti Islam Perlis



📘 PENGANTAR

Ilmu hadis adalah salah satu cabang ilmu Islam yang paling penting, namun sering dianggap terlalu teknis dan hanya layak dibicarakan di kalangan akademisi. Padahal, pemahaman dasar tentang hadis justru sangat diperlukan oleh masyarakat awam agar tidak mudah terjebak pada riwayat-riwayat lemah, bahkan palsu, yang kerap digunakan untuk membenarkan amalan tanpa dasar. Namun kuliah ini hadir sebagai jembatan, memperkenalkan metodologi ilmiah ulama hadis dengan bahasa yang lebih dekat, ringan, dan bisa dipahami oleh siapa saja.

PANDUAN AWAL MENYARING SABDA NABI SECARA ILMIAH

Oleh : Prof. Dr. Rozaimi Ramle - Ph.D Hadis University of Jordan, AJK Fatwa Kerajaan Negeri Perlis, Rektor Universiti Islam Perlis

Metodologi Memahami Hadis Siri ke 1 - Sebuah kajian sistematis tentang pentingnya membaca hadis dalam bingkai objektif maqasid syariah dan konteks Al-Qur’an, demi menghindari penafsiran literal yang dapat menimbulkan ketimpangan hukum, kekeliruan sosial, dan pembenaran kezaliman atas nama agama.



🎓 Mengapa Kita Harus Serius Memahami Hadis?

📢 Pernahkah Anda berpikir: “Kenapa harus repot-repot belajar hadis? Kan cukup kembali ke Al-Qur'an saja?” — Jika ini yang Anda yakini, izinkan kami mengajak Anda membongkar satu kesalahan besar dalam cara berpikir keislaman yang diam-diam menjangkiti generasi Muslim modern!

Dalam lautan informasi yang begitu deras, hadis Nabi ﷺ sering kali diperlakukan sembarangan: disebar tanpa dicek, dipakai untuk membenarkan kepentingan politik, bahkan ada yang tega memalsukannya! 😱

Lalu, muncul suara-suara sinis: “Hadis ini sahih? Siapa yang bilang? Bukannya semua itu kata orang saja?” Atau lebih parah lagi: “Yang penting isi hadisnya bagus, tak perlu ribut ini sahih atau palsu.”

❗ Padahal... jika kita tak memahami cara kerja hadis, bagaimana mungkin kita bisa membedakan antara wahyu dan manipulasi? Antara tuntunan Nabi dan suara hasutan?

Lewat kuliah perdana ini, kita diajak menyelami jantung keilmuan Islam — bagaimana para ulama membangun sistem ilmiah untuk memverifikasi, memahami, dan mengamalkan hadis. Ini bukan soal sekadar hafal teks hadis. Ini adalah tentang cara berpikir yang cermat, bertanggung jawab, dan amanah dalam beragama. 🔍

📌 Dan ya, kuliah ini akan membuatmu sadar... bahwa memahami hadis tidak sesederhana copas dari WhatsApp grup!


📘 Ringkasan Faedah Kuliah "Metodologi Memahami Hadis – Siri 1"


📌 1. Pembukaan Kuliah dan Pengantar Kitab

⏱️ [00:00 – 03:00]

  • Kuliah ini adalah sesi perdana membedah kitab karya pemateri sendiri berjudul “Metodologi Memahami Hadis.”

  • Kitab ini awalnya ditulis untuk kalangan akademik (dicetak oleh UPSI), tapi mendapat sambutan luas hingga pre-order mencapai 4000 eksemplar 📈.

  • Kuliah dilakukan secara hybrid (fisik dan online), lahir dari pengalaman dakwah di daerah dengan keterbatasan fasilitas ceramah.

Faedah: Ilmu hadis bukan milik kampus atau ustaz semata; ia harus turun ke masyarakat. Respons umat terhadap kitab ini membuktikan bahwa kesadaran terhadap pentingnya hadis makin meningkat 💡.


MAKSUD HADIS “BARANGSIAPA MENYERUPAI SUATU KAUM…”

Pertanyaan

Saya memiliki seorang teman yang selalu berhujah dengan hadis “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” Dengan hadis itu ia sering menyebut orang lain tidak islami karena berpakaian ala-Barat atau makan dengan sendok, bukan dengan tangan, dan lain-lain. Saya memberitahunya bahwa itu boleh, sebab tidak ada dalil yang melarangnya. Tetapi ia selalu berdalil dengan “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” Sejauh mana penafsiran hadis ini?
Nurdin, Pasir Tumbuh, Kelantan

Dijawab oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis


Jawaban

Saudara, sebagai peringatan; dalam berhujah menggunakan sebuah hadis, terlebih dahulu kita harus memeriksa kedudukan atau status hadis tersebut menurut para muhaddits (ahli hadis). Jika hadis itu terbukti sahih atau hasan, maka ia dapat dijadikan hujah dalam agama. Setelah hal tersebut dipastikan, barulah masuk ke tahap berikutnya yaitu mengkaji maksud matan (teks) hadis tersebut. Untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan, maka disebutkan beberapa hal berikut:


Hadis

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka."

Hadis ini diriwayatkan dari beberapa sahabat; Abdullah bin Umar, Huzaifah bin al-Yaman, dan Anas bin Malik. Antara ahli hadis yang mengumpulkan hadis ini adalah Abu Dawud, Ahmad bin Hanbal, Ibn Abi Syaibah, al-Bazzar, dan lain-lain.

  • Ibn Taimiyyah (w. 728 H) menilai hadis ini sahih.

  • Al-‘Iraqi (w. 806 H) juga menilainya sahih.

  • Ibn Hajar al-‘Asqalani (w. 852 H) menyatakan hadis ini hasan.

  • Demikian juga al-Albani.

Hadis ini secara umum memberikan maksud positif dan negatif:

  • Barangsiapa menyerupai suatu kaum atau kelompok yang terpuji, maka ia dianggap termasuk golongan terpuji.

  • Barangsiapa menyerupai kaum atau kelompok yang buruk, maka ia dianggap termasuk golongan mereka.


Makna Tasyabbuh

Kata man tasyabbaha (barangsiapa yang menyerupai), yakni tasyabbuh (menyerupai), dalam hadis ini merujuk pada sesuatu yang menjadi ciri khas suatu pihak. Jika seseorang menyerupai ciri khas tersebut, maka ia dianggap termasuk golongan mereka. Misalnya:

  • pakaian khusus suatu kelompok atau agama tertentu,

  • perayaan khusus agama tertentu,

  • majelis khusus untuk kelompok atau agama tertentu.

Maka ia dinilai sebagai bagian dari mereka.

Namun, jika perkara tersebut bukan ciri khas mereka, maka tidak termasuk.

Al-Imam al-Shan‘ani (w. 1182 H) berkata:

SYARH SHAHIH AL-BUKHARI

Oleh: Samahatus Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin yang dikenal sebagai Ibn Utsaimin (1347-1421 H / 1929-2001 M). Seorang ulama Saudi, ahli fiqih dan ushul fiqih, mufassir, da'i pendidik, khatib, profesor universitas, anggota Majelis Ulama Senior Saudi, pengajar ilmu-ilmu syariah, salah satu ulama terkemuka pada zamannya.

SYARH SHAHIH MUSLIM

Oleh: Samahatus Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin yang dikenal sebagai Ibn Utsaimin (1347-1421 H / 1929-2001 M). Seorang ulama Saudi, ahli fiqih dan ushul fiqih, mufassir, da'i pendidik, khatib, profesor universitas, anggota Majelis Ulama Senior Saudi, pengajar ilmu-ilmu syariah, salah satu ulama terkemuka pada zamannya.

HADITS FOR REAL: DECODE BAYQUNIYYAH DENGAN AKAL, ADAB, DAN ATTITUDE

Ilmu hadits bukan warisan eksklusif untuk ustaz dan santri, tapi fondasi buat siapa pun yang ingin selamat dari hoax atas nama agama. Lewat bait-bait klasik Bayquniyyah, kita bedah cara kerja validasi hadits: mulai dari sanad, matan, hingga logika ilmiah para ulama. Ini bukan soal hafalan, tapi soal tanggung jawab intelektual—biar kamu tahu mana sabda Nabi ﷺ dan mana cuma “katanya”.

Disusun dan dirapikan oleh:
✍️ Hamba yang fakir akan ampunan Tuhannya
Dr. Muhammad bin Ali Al-Ghamidi
(semoga Allah mengampuninya, juga kedua orang tuanya)

📚 Seluruh teks asli berbahasa Arab dalam karya ini merupakan hasil susunan beliau. Versi terjemahan dan penjelasannya telah dikembangkan ulang oleh tim Home of Hadith dengan gaya Gen Z—agar lebih mudah dicerna, dekat dengan realita, dan tetap setia pada substansi keilmuan.


 بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين مالك يوم الدين والصلاة والسلام على الهادي البشير السراج المنير نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين                       وبعد:

فهذه كلمات مستفادة ونكات مقتبسة وثمار مجتناه من شروحات المحدثين وحواشي المحققين على المنظومة اللطيفة الموسومة بـ ( البيقونية ) في علم مصطلح الحديث.وهي منظومة قد عظم وقعها, وعم نفعها, وغاية عملي فيها الجمع والترتيب علَّني أسلك في سلكهم وأُحشر في زمرتهم وأتشبه بهم وأقتفي أثرهم ، وأقول ابتداء :

الحديث  لغة: ضد القديم.

اصطلاحاً: ينقسم إلى قسمين (علم الحديث رواية ، وعلم الحديث دراية ) والقسم الثاني هو محل دراستنا حول هذا النظم المبارك .

والمقصود بعلم الحديث دراية:  أي من جهة الدراية والتفكر في أسانيده ومتونه ، وسأعرف به فيما يلي :


🧠🔥 Opening Vibe Check:

"Bismillah..."
Yuk mulai dengan niat yang lurus. Semua puji cuma buat Allah, Sang Pemilik Hari Pembalasan. Shalawat dan salam buat Nabi Muhammad — cahaya yang bener-bener nuntun kita keluar dari gelap ke terang.


📚🎓 Apa Sih Tulisan Ini?

Ini bukan sembarang tulisan. Ini hasil ngeracik ilmu dari para ulama hadits top, yang ngulik dan ngejelasin syair klasik bernama Manzhumah Al-Bayquniyyah — sebuah karya legend dalam dunia ilmu hadits.

📌 Fun fact: Karya ini tuh pendek, tapi impact-nya gede banget! Dipelajari dari pesantren sampai kampus. Dan yang nulis teks ini bilang:
"Gue cuma ngumpulin, nyusun ulang, biar bisa ikut jejak ulama-ulama keren itu. Siapa tahu bisa bareng mereka di akhirat nanti. Aamiin."
🫱🏻‍🫲🏼


💬 So, Apa Itu Hadits?

Secara bahasa:
Hadits = lawannya “jadul” alias yang lama. Jadi ya… hadits itu something new, bukan lawas.

Secara istilah:
Ilmu hadits itu dibagi dua bagian besar:

1.     Riwayah — fokusnya ngumpulin dan nyampein hadits.

2.     Dirayah — ini yang bakal kita pelajari, alias mikir dan ngulik secara kritis isi dan sanad hadits itu. Gak cuma copy-paste, tapi paham dan validasi. 🔍📖


🎯 Fokus Kita di Mana?

Fokus kita di sini adalah ilmu hadits secara dirayah — artinya kita bakal bedah hadits dari sisi:

  • Sanad (rantai perawi)
  • Matan (isi/konten)
  • Dan gimana cara ulama bedain mana yang valid, mana yang lemah, mana yang perlu dikaji lebih dalam.

INTEGRASI MAQASID SYARIAH SEBAGAI INSTRUMEN TAFSIR HADIS

Sebuah kajian sistematis tentang pentingnya membaca hadis dalam bingkai objektif maqasid syariah dan konteks Al-Qur’an, demi menghindari penafsiran literal yang dapat menimbulkan ketimpangan hukum, kekeliruan sosial, dan pembenaran kezaliman atas nama agama.

Oleh : Prof. Dr. Rozaimi Ramle - Ph.D Hadis University of Jordan, AJK Fatwa Kerajaan Negeri Perlis, Rektor Universiti Islam Perlis



📘 Ketika Hadis Tidak Bisa Dibaca Secara Zahir: Membongkar Makna, Menelusuri Maqasid, Menjaga Keseimbangan

Dalam kehidupan beragama, seringkali umat terjebak antara dua kutub ekstrem: memahami nash (teks agama) secara tekstual semata atau menakwilkannya secara liar tanpa panduan ilmiah. Padahal, Islam memiliki prinsip yang kokoh dan adil dalam memahami ajaran: mengharmonikan antara teks dan konteks, antara dalil literal dan maqasid (tujuan syariat), antara hukum formal dan realitas kehidupan.

Kuliah ilmiah ini membedah metodologi memahami hadis dengan pendekatan berbasis Al-Qur’an dan maqasid asy-syari’ah (tujuan utama syariat), sehingga umat tidak terseret dalam pemahaman yang kaku, radikal, atau bahkan menyesatkan. Disajikan dalam bahasa lugas namun ilmiah, kuliah ini menampilkan bagaimana hukum-hukum Islam mesti dilihat dalam kerangka maslahat (kebaikan) dan keadilan yang luas.

🔍 Bagi Anda yang selama ini hanya memahami hadis secara zahir (tekstual), ceramah ini adalah “tamparan lembut” yang akan menggugah cara pandang Anda terhadap ajaran Nabi ﷺ.

🎧 Wajib dengar bagi siapa pun yang ingin memahami Islam secara holistik dan matang—terutama dalam isu-isu kontemporer seperti politik, ketaatan pada pemerintah, bencana akhir zaman, dan bagaimana kita menyikapi realitas dengan ilmu, bukan emosi atau slogan.


📘 Rangkuman Faedah Lengkap dan Rinci – Siri Kuliah Ilmiah: Memahami Hadis dalam Kerangka Maqasid Syariah dan Realitas Sosial


🔖 1. Urgensi Pendekatan Kontekstual terhadap Hadis

Kuliah dibuka dengan penekanan bahwa tidak semua hadis dapat dipahami secara zahir (literal). Ada hadis-hadis yang jika difahami secara teks semata akan menyebabkan kesalahan dalam aplikasinya, terutama dalam konteks sosial, politik, dan hukum kontemporer.

📌 Faedah:

  • Menyadarkan bahwa pemahaman tekstual yang kaku dapat melahirkan hukum-hukum yang bertentangan dengan maqasid syariah (tujuan syariat), seperti keadilan, rahmat, dan kemaslahatan umat.

  • Membangkitkan kesadaran pentingnya ilmu usul al-fiqh dalam membaca teks-teks syar’i.


HADIS-HADIS PALSU BERKAITAN POLITIK

MANIPULASI HADIS DALAM LINTASAN KEKUASAAN: ANTARA TEKS SUCI DAN STRATEGI POLITIK - Sebuah tadzkirah kritis tentang eksploitasi hadis Nabi dalam arus politik, serta tantangan intelektual bagi umat Islam dalam memilah antara wahyu dan rekayasa.

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis



Antara Wahyu dan Wacana Kekuasaan – Saat Agama Dijadikan Alat Politik

Dalam sejarah panjang peradaban Islam, terdapat lembaran yang mengandung luka epistemik: ketika wahyu—yang seharusnya memandu umat menuju keadilan—diseret ke gelanggang politik untuk mengabsahkan kekuasaan. Bukan sekadar retorika, tetapi disertai dengan fabrikasi teks suci: hadis-hadis palsu. Dan lebih memilukan, kebanyakan dibuat bukan oleh orang luar Islam, melainkan oleh mereka yang berlabel religius—ustaz, ahli ibadah, bahkan penulis sejarah.

Apakah umat ini telah menjadikan agama sebagai pelayan kekuasaan?

Fenomena pemalsuan hadis demi kepentingan politik bukanlah isu remeh. Ia adalah sebuah krisis integritas ilmiah dan spiritual. Ketika tokoh-tokoh politik atau kelompok tertentu memerlukan legitimasi religius untuk memperkuat posisi mereka, muncullah narasi-narasi palsu yang dibungkus dengan label “sabda Nabi”. Celakanya, sebagian diterima mentah-mentah oleh publik karena dibacakan dari mimbar-mimbar agama.

Tadzkirah ini mengajak kita menyelami bagaimana sejarah Islam dipenuhi dengan rekayasa wacana keagamaan, mulai dari pengangkatan Ali bin Abi Thalib hingga Mu‘āwiyah, Bani Umayyah, Bani Abbas, bahkan hingga karakter fiktif seperti Abu Nawas. Hadis-hadis palsu tidak hanya menyesatkan umat dalam beragama, tetapi juga membengkokkan sejarah, sehingga kita mewarisi narasi penuh bias dan propaganda.

📌 Maka, pertanyaan penting yang wajib kita renungkan:

Apakah kita mewarisi agama yang bersumber dari Rasulullah ﷺ, ataukah agama yang dibentuk oleh agenda para penguasa?

🎧 Dengarkan rekaman tadzkirah ini hingga tuntas untuk menemukan jawaban yang menohok—dengan dalil, data sejarah, dan logika keilmuan.


🧭 Ringkasan Faedah Lengkap: Hadis-Hadis Palsu Berkaitan Politik


🏛️ 1. Latar Kemunculan Hadis-Hadis Politik

  • Sejak awal sejarah Islam, terdapat oknum yang memalsukan hadis untuk kepentingan politik.

  • Beberapa hadis diangkat untuk mempromosikan tokoh tertentu, misalnya:

    • Fadilah yang dilebih-lebihkan untuk Sayyidina ‘Ali oleh pendukung fanatik.

    • Hadis-hadis palsu tentang Muawiyah oleh kelompok pro-Bani Umayyah.

📌 Catatan: Baik Syi’ah maupun pro-Umayyah pernah menggunakan hadis palsu untuk membenarkan posisi politik masing-masing.


PERBEDAAN ULAMA FIQH & ULAMA HADIS DALAM PERSPEKTIF KRITIS DAN KONTEMPORER

Menelusuri ketegangan klasik antara ahli hadis dan ahli fiqh, serta bagaimana perbedaan pendekatan mereka memengaruhi kelahiran fatwa dan praktik syariah dalam menghadapi tantangan zaman modern.

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis - Arsip 07/2025



📌 Ketika Dalil Tak Lagi Cukup, dan Fatwa Tak Lagi Tegas — Siapa yang Bertanggung Jawab?

Di antara banyak cabang keilmuan dalam Islam, dua yang paling sering berperan dalam membentuk wajah hukum Islam ialah ilmu fiqh dan ilmu hadis. Keduanya lahir dari semangat merawat wahyu dan menuntun umat melalui landasan hukum yang otentik. Namun hari ini, pertanyaannya bukan lagi mana yang lebih utama, tetapi mengapa keduanya semakin sering berjalan sendiri-sendiri — dan apa akibatnya jika itu dibiarkan?

Sebagian ahli hadis sibuk menyaring sanad, tapi menutup mata dari kebutuhan fatwa umat yang semakin kompleks. Di sisi lain, sebagian ahli fiqh merasa cukup dengan logika hukum, meski dibangun di atas dalil yang tidak sahih. Akibatnya, lahirlah ketegangan: satu sisi terlalu tekstual dan rigid, sisi lain terlalu kontekstual tapi longgar pijakan. Lalu, di mana tempatnya ijtihad yang sehat?

Kuliah ini mengajak kita menyelami kritik mendasar terhadap cara kerja dua komunitas ilmiah yang sejatinya tidak boleh tercerai. Dengan bahasa yang lugas, dijelaskan bagaimana Islam tidak bisa terus-menerus hanya dikawal oleh hafalan, tapi juga harus dijaga dengan pemahaman — bukan hanya tentang apa yang dikatakan teks, tetapi apa maksud, tujuan, dan implikasinya terhadap umat.

Dibahas pula bagaimana kemajuan teknologi dan perubahan sosial memaksa fiqh untuk merespons isu-isu baru — seperti penyimpanan sel reproduksi manusia, penggunaan teknologi medis dalam perencanaan keturunan, hingga persoalan bioetik yang tidak tersurat dalam nash. Jika para ulama tidak bersatu dalam menjawabnya, maka umat akan berpaling dari syariat yang dirasa tak lagi membumi.

🧠 Ilmu bukan sekadar mengulang dalil lama, tapi membacanya kembali dalam terang zaman yang baru.

Kuliah ini adalah seruan halus sekaligus tegas: bahwa Islam tidak bisa dipertahankan dengan ilmu yang statis, apalagi ilmu yang sombong berjalan sendiri. Saatnya kita kembali menyatukan otoritas — antara mereka yang menjaga keaslian teks, dan mereka yang menggali kedalaman makna.

🎧 Dengarkan lebih jauh isi lengkapnya, dan temukan: mengapa integrasi fiqh dan hadis bukan cuma idealisme — tapi sebuah keniscayaan ilmiah.


Ringkasan Faedah Lengkap

1. 🔍 Analogi Medik: Hadis adalah Obat, Fiqh adalah Diagnosa

  • Dulu, ulama menggambarkan ahli hadis seperti apotekar — mereka menghimpun, menyusun, dan menguasai “obat” berupa hadis-hadis Rasulullah ﷺ.

  • Sementara ahli fiqh ibarat dokter — yang tahu kondisi pasien dan mampu menetapkan dosis serta metode penggunaan yang tepat.

  • Artinya, keduanya saling membutuhkan, dan tidak bisa berdiri sendiri secara otoritatif.

2. ⚠️ Kritik terhadap Fragmentasi Ilmu

  • Ahli hadis seringkali tidak masuk ke medan ijtihad fiqh, hanya fokus pada sanad dan matan, sehingga kurang memahami konteks dan implikasi hukum.

  • Sebaliknya, sebagian ahli fiqh terlalu bebas dalam berfatwa hingga menggunakan hadis lemah atau palsu tanpa verifikasi yang ketat.

  • Ketika ini terjadi, maka hukum menjadi kehilangan pijakan yang kuat, dan umat dirugikan oleh fatwa-fatwa yang tidak valid.

RAHASIA PUASA ASYURA 10 MUHARAM

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

🚨 Pernahkah kamu bertanya-tanya...

  • Kenapa sih umat Islam ribet banget puasa tanggal 10 Muharram?

  • Bukankah itu tradisi Yahudi? 🤔

  • Katanya bisa hapus dosa setahun, emang iya? Terlalu gampang banget dong!

Jujur aja, banyak dari kita cuma ikut-ikutan puasa Asyura tanpa benar-benar tahu dalil, sejarah, bahkan debat panas para ulama soal hari ini. Dalam ceramah panjang yang penuh wawasan ini, Prof. Dato' Dr. MAZA (Mufti Negeri Perlis) membongkar tuntas tentang puasa Asyura — dari asal nama, polemik riwayat, sampai bagaimana Islam menjaga identitasnya agar tak sekadar “meniru” agama lain.

Kalau kamu ngaku Muslim melek literasi syariah, yuk denger dulu audio lengkapnya sebelum berkomentar “ah cuma sunnah doang…” 😌


📌 Ringkasan Lengkap Poin-Poin Utama


🏷 1. Apa itu Asyura?

  • “Asyura” diambil dari kata Arab ‘asyir (عاشر) yang artinya “ke-10”.

  • Jadi, Asyura = hari ke-10 bulan Muharram.

  • Banyak orang keliru mengira Asyura itu bubur Asyura aja. 😂


🌙 2. Muharram: Bulan Allah

  • Nabi ﷺ bersabda:

    “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram.”
    (HR. Muslim)

  • Jadi, secara umum bulan Muharram adalah bulan yang sangat dianjurkan memperbanyak puasa.


⭐ 3. Keutamaan khusus puasa 10 Muharram

  • Hadits Abu Qatadah:

    Puasa 10 Muharram menghapus dosa setahun yang lalu.

  • Ini motivasi utama kita puasa Asyura. Gampang banget kan? Tapi ya, dosa kecil ya, bukan yang berat-berat macam ghibah sebulan penuh. 🙈

  رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَـٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌ

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

TRENDING