} -->

APAKAH RANTAI SANAD MASIH DIPERLUKAN SAAT INI

Oleh: 
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

1. Apakah itu sanad? Sanad adalah rangkaian periwayatan dari seorang perawi kepada perawi yang lain sehingga mencapai matan (teks) yang diriwayatkan. Matan tersebut bisa berupa hadis, perkataan sahabat, tabi'in, atau yang lainnya. Tujuan dari sanad adalah untuk menyelidiki sejauh mana kevalidan suatu riwayat. Sanad digunakan untuk menentukan apakah perawi tersebut jujur, apakah terdapat keraguan atau kelemahan dalam hafalannya, atau apakah rangkaian riwayat tersebut terputus yang menunjukkan bahwa para perawi tidak bertemu satu sama lain, yang semuanya ini dapat mempengaruhi nilai suatu riwayat. 

Hal ini dikemukakan oleh tokoh besar tabi'in, Muhammad ibn Sirin (wafat tahun 110H):

لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنِ الْإِسْنَادِ، فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ، قَالُوا: سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ، فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ، وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ

“Mereka (ahlus sunnah) sebelum itu tidak bertanya tentang sanad, tetapi ketika terjadi fitnah (kesamaran), mereka pun berkata, “Sebutkanlah kepada kami ñama para perawimu.” Apabila dilihat yang menyampaikannya adalah ahlus sunnah maka hadisnya diterima, tetapi bila yang menyampaikannya adalah ahli bid'ah maka hadisnya ditolak.” (Mukaddimah Shahih Muslim, 1/15)

2. Sebenarnya, tujuan sanad sudah tercapai dengan terkumpulnya hadis dalam kitab-kitab hadis yang disusun oleh para ulama seperti al-Bukhari (meninggal 256H), Ahmad bin Hanbal (meninggal 241H), Muslim (meninggal 261H), al-Nasai (meninggal 303H), al-Tirmizi (meninggal 279H), Abu Daud (meninggal 275), Ibn Majah (meninggal 273H), Ibn Hibban (meninggal 354H), Ibn Abi ‘Asim (meninggal 287H) dan lain-lain. Para ulama tersebut telah menyertakan sanad untuk setiap hadis yang mereka riwayatkan. Oleh karena itu, yang perlu diteliti adalah sanad antara mereka dengan Nabi Muhammad SAW. Namun, untuk sanad antara kita dan para ulama tersebut, hal tersebut tidak diperlukan karena kitab-kitab tersebut telah diterima secara luas dan diakui oleh umat Islam secara sepakat.

Jika ada pihak yang masih menginginkan sanad pada saat ini, mungkin hal tersebut hanya menjadi tradisi yang tidak lagi memiliki tujuan asli dari sanad, yaitu memastikan keabsahan riwayat.

Hal ini telah dijelaskan oleh al-Imam Ibn al-Solah ( (meninggal 643H) :

ثمَّ إِن الرِّوَايَة بِالْأَسَانِيدِ الْمُتَّصِلَة لَيْسَ الْمَقْصُود بهَا فِي عصرنا وَكثير من الْأَعْصَار قبله إِثْبَاتَ مَا يُرْوى بهَا إِذْ لَا يَخْلُو إِسْنَاد مِنْهَا عَن شَيْخٍ لَا يدْرِي مَا يرويهِ وَلَا يضْبِطُ مَا فِي كِتَابه ضَبْطا يَصلُح لِأَنْ يُعْتَمَدَ عَلَيْهِ فِي ثُبُوتِه وَإِنَّمَا الْمَقْصُودُ مِنْهَا إبْقَاءُ سِلْسِلَةِ الْإِسْنَاد وَالَّتِي خُصَّت بهَا هَذِه الْأمةُ زَادهَا الله كَرَامَة

"Sesungguhnya, riwayat dengan sanad yang bersambung pada zaman kita ini dan beberapa zaman sebelumnya bukanlah bertujuan untuk membuktikan keabsahan apa yang diriwayatkan. Hal ini disebabkan karena sanad-sanad tersebut (pada zaman itu dan beberapa zaman sebelumnya) terkadang berasal dari perawi yang tidak mengetahui apa yang dia riwayatkan, atau tidak dapat memelihara tulisan dan ingatan dengan baik sehingga dapat dipegang keabsahannya. Hanya tujuannya (pada zaman kemudian) adalah untuk mempertahankan rangkaian sanad yang menjadi keistimewaan umat ini. Semoga Allah menambah kemuliaan bagi umat ini" (Ibn al-Salah, Siyanah Sahih Muslim, 115, Beirut: Dar al-Gharb al-Islami).

Jika ini yang diucapkan oleh al-Hafiz Ibn al-Salah 800 tahun yang lalu, bagaimana mungkin ada kelompok yang menyatakan bahwa siapa pun yang tidak memiliki sanad pada zaman ini tidak dapat dipercaya dalam studi hadisnya? Pada masa itu, Ibn al-Salah telah menyadari bahwa sanad telah kehilangan fungsi aslinya karena perawi setelah itu tidak lagi dapat dipercaya. Oleh karena itu, sanad yang ada dalam kitab-kitab hadis sudah cukup. Sanad setelah itu hanya menjadi tradisi yang mengingatkan pada keistimewaan khusus umat ini tanpa memiliki fungsi lagi."

4. Maka hendaklah kita memahami bahwa tujuan dari sanad bukanlah untuk bermegah-megah, tetapi untuk mengkaji latar belakang perawi yang terlibat. Hal ini dikarenakan para pengumpul hadis tidak hidup pada zaman Nabi Muhammad SAW, melainkan bergantung pada perantara yaitu para rawi. Tidak semua perawi yang menjadi rawi mendapatkan pengakuan, sebaliknya banyak perawi yang namanya tercantum dalam sanad dipertanyakan dan diragukan kecukupan kualifikasi mereka dalam meriwayatkan hadis, sehingga hadis-hadis yang mereka riwayatkan dianggap lemah atau mungkin palsu. 

Nabi Muhammad SAW bersabda:

يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ، يَأْتُونَكُمْ مِنَ الْأَحَادِيثِ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ، وَلَا آبَاؤُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ، لَا يُضِلُّونَكُمْ، وَلَا يَفْتِنُونَكُمْ

"Pada akhir zaman, akan muncul para dajjal dan pendusta. Mereka akan membawa hadis-hadis yang tidak pernah kamu atau nenek moyangmu dengar sebelumnya. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan mereka agar kamu tidak disesatkan dan difitnah (ditipu sehingga yang batil dianggap benar).". (Riwayat Muslim).

Maka, sanad menjadi pelindung dari penyebaran pembohongan atas nama Nabi Muhammad SAW

5. Dengan itu, dasar-dasar dalam mempelajari sanad, seperti yang disebutkan oleh Syeikh Mahmud al-Tahhan, adalah berdasarkan pada ilmu al-Jarh wa al-Ta'dil (kritik dan pengakuan terhadap perawi) serta sejarah para perawi. (Mahmud al-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, halaman 140). Ini adalah dua prinsip penting dalam mempelajari sanad. Bagi siapa pun yang ingin membahas tentang sanad, penting untuk memahami kedua aspek ini dengan baik.

6. Al-Jarh wa al-Ta'dil terdiri dari dua kata, yaitu Al-Jarh dan al-Ta'dil. Al-Jarh adalah sifat-sifat rawi yang menyebabkan hadisnya ditolak dan riwayatnya tidak diterima. Sementara itu, al-Ta'dil mengacu pada sifat-sifat rawi yang membuat riwayatnya diterima dan dianggap sebagai hujah dalam hadis. Dalam ilmu hadis, terdapat kitab-kitab khusus yang berkaitan dengan latar belakang para rawi atau dikenal sebagai Kutub al-Rijal, seperti Mizan al-'Itidal, Taqrib al-Tahzib, dan banyak lainnya. Dalam kitab-kitab tersebut, terdapat informasi mengenai sejarah para rawi serta komentar dari para analis hadis mengenai karakter mereka. Setiap rawi akan dinilai apakah ia kuat atau lemah dalam meriwayatkan hadis, atau mungkin juga seorang pendusta. Dalam kitab-kitab ini, juga diungkapkan kejahatan para pendusta yang menciptakan hadis-hadis palsu. Para ulama hadis telah melakukan upaya besar dalam meneliti dan menilai karakter para periwayat. Sanad (rantai perawi) adalah elemen utama dalam mengidentifikasi hadis-hadis yang berasal dari rawi yang tidak dapat dipercaya. Apakah nama-nama guru Melayu atau Indonesia atau tarekat tertentu tercantum dalam daftar ini sehingga dapat diteliti lebih lanjut?

7. Aspek kedua yang dianalisis dalam sanad adalah sejarah para rawi, yang dikenal sebagai Tarikh al-Ruwah, yaitu ilmu tentang sejarah para rawi. Dalam ilmu ini, berbagai aspek tentang setiap rawi dibahas, seperti tanggal kelahiran dan kematian mereka, guru-guru yang mereka pelajari hadis dari mereka, tanggal di mana mereka menerima hadis dari guru-guru tersebut, murid-murid yang menerima hadis dari mereka, tempat tinggal mereka, perjalanan mereka dalam mencari hadis, tanggal mereka tiba di tempat-tempat di mana mereka menerima hadis dari tokoh-tokoh tertentu, tanggal mereka menerima hadis dari beberapa tokoh sebelum terjadi ikhtilat (ketidaksesuaian) dalam perawiannya, dan banyak lagi. Ilmu ini sangat penting untuk menentukan sejauh mana klaim seorang rawi bahwa ia benar-benar menerima hadis dari rawi sebelumnya. Dengan ilmu ini, kita dapat menilai sejauh mana berlangsungnya rangkaian sanad atau ittisal al-Sanad. Selain itu, kita dapat mengukur sejauh mana kekuatan sanad tersebut. Sanad yang tidak bersambung atau terputus dapat mengakibatkan ketidakkuatan suatu hadis, sehingga hadis tersebut dianggap tidak sah untuk dihubungkan kepada Nabi SAW. Hal ini karena salah satu syarat untuk hadis yang sahih adalah memiliki rangkaian sanad yang bersambung. Apakah prinsip ini dapat diterapkan pada orang yang ingin memamerkan sanad dalam zaman ini?

8. Kesimpulannya, dalam zaman ini, nilai asli dari sanad, yaitu untuk mengkaji keabsahan riwayat, telah hilang. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa para ulama yang mengumpulkan hadis seperti Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan lainnya telah dengan jelas menyatakan sanad antara Nabi SAW dan mereka dalam kitab-kitab mereka. Kitab-kitab tersebut telah tersebar luas dan tidak ada perselisihan yang dapat meragukan keaslian kitab-kitab tersebut. Oleh karena itu, sanad antara mereka dan kita tidak lagi diperlukan.

Jika ada yang masih memegang sanad setelah zaman mereka, itu hanyalah sebagai kenangan tentang tradisi pengajaran hadis pada masa lalu. Anda sendiri mungkin memiliki banyak sanad yang menghubungkan Anda dengan para pengumpul hadis seperti al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan lainnya. Namun, nilai dari semua itu menjadi diragukan karena jika diperiksa, perawi-perawi setelah mereka, termasuk Anda sendiri, mungkin tidak memenuhi standar yang seharusnya. Bahkan jika memenuhi standar, tidak akan ada manfaatnya karena kitab-kitab tersebut sudah diakui keasliannya oleh penulisnya. Yang perlu diperiksa adalah sanad-sandad yang menghubungkan mereka dengan Nabi SAW, atau rawi terakhir, terutama para sahabat dan tabi'in.

Sumber asli: https://muftiperlis.gov.my/index.php/minda-mufti/613-perlukah-rangkaian-sanad-sampai-ke-zaman-ini


About

  رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَـٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌ

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

TRENDING